Selasa, 03 Januari 2012

Batu Menangis



Ketika terjadi invasi Jepang ke Korea yang disebut Imjin Weoran, pemerintah daerah Jinju memperbaiki dinding batu istana yang terbuat dari tanah. Dalam pekerjaan perbaikan itu seluruh warga penduduknya, baik rakyat jelata maupun biksu mengumpulkan batu-batu dan membentengi istananya. 

 

Suatu hari seorang biksu bernama Myeongseok melewati depan desa untuk pulang ke kuilmua setelah pekerjaan gotong royong tersebut selesai. Tiba-tiba dia melihat dua buah batu yang sedang menggelinding. Biksu Myeongseok merasa aneh dan bertanya sambil komat-komit sendirian, 
"Hai Batu-batu! hendak bergegas-gegas kemana kah kalian?" Batu-batu segera menjawab bahwa mereka sedang menuju ke tempat pekerjaan membentengi istana Jinju untuk menjadi batu dinding istana. Setelah mendengarnya, sang biksu memberitahukan kepadanya bahwa pekerjaan itu sudah selesai. Batu-batu yang mendengar hal itu kemudian berhenti dan mulai menangis meraung-raung di tempat mereka berhenti. Biksu Myeongseok yang menyaksikannya terkagum akan hal tersebut dengan mengatakan bahwa batu-batu ini sangat suci, kemudian dia menundukkan kepalanya sembilan kali ke arah kedua buah batu itu. 

Sejak saat itu Batu tersebut dinamakan Undol atau Myeongseok dalam karakter Cina dan lembah yang didatangi batu-batu itu disebut Gubaegol dan Gubokgol yang bermakna lembah dimana terjadi peristiwa sembilan kali menundukkan kepala. Dikatakan bahwa batu-batu itu menangis selama tiga hari pada saat terjadinya peristiwa penting dalam negeri.

Infromasi Wisata

Batu yang menangis setiap saat ada peristiwa penting di dalam negeri itu ada di desa Singi kota Jinju provinsi Gyeongsang Selatan. Batu menangis yang disebut Undol atau Myeongseok itu memiliki tinggi 75cm dan lingkar 220cm. Batu-batu itu ditetapkan sebagai Daftar Warisan Tradisional provinsi Gyeongsang Selatan No. 12. Mulai tahun 1970 penduduk daerah mengadakan selamatan bernama Undoljea pada setiap tanggal 3 Maret. Legenda asal usul dan selamatan Undoljea itu didasarkan pada kepercayaan masyarakat Korea yang suka menyucikan batu-batu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar